Minggu, 08 Juni 2008

Decision Support System

Decision Support System
Pengembangan dan Aplikasi Decission Support System SWS Citarum
Tahun Penelitian 2005Kerjasama penelitian antara Perum Jasa Tirta II (PJT II) dengan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (BALITKLIMAT) telah dimulai sejak periode 1999, melalui kegiatan instalasi 4 stasiun pencatat tinggi muka air otomatik (AWLR, Automatic Water Level Recorder) dan 3 stasiun iklim otomatik (AWS, Automatic Weather Station) pada SWS Citarum. Pada tahun 2002 dilakukan penelitian karakterisasi potensi sumberdaya air untuk produksi air DAS berkelanjutan yang bertujuan untuk menghitung potensi sumberdaya air dan daya tampung air DAS serta merekonstruksi model hubungan hujan-limpasan. Selanjutnya tahun 2003 dilakukan penelitian Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan terhadap Aliran Permukaan, Sedimen dan Produksi Air DAS (Balitklimat dan PJT II, 2003) yang bertujuan menyusun rekomendasi jenis penggunaan lahan yang proporsional berdasarkan kondisi fisik DAS dan pengembangan model sedimen.Kerjasama penelitian antara Perum Jasa Tirta II (PJT II) dengan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (BALITKLIMAT) telah dimulai sejak periode 1999, melalui kegiatan instalasi 4 stasiun pencatat tinggi muka air otomatik (AWLR, Automatic Water Level Recorder) dan 3 stasiun iklim otomatik (AWS, Automatic Weather Station) pada SWS Citarum. Pada tahun 2002 dilakukan penelitian karakterisasi potensi sumberdaya air untuk produksi air DAS berkelanjutan yang bertujuan untuk menghitung potensi sumberdaya air dan daya tampung air DAS serta merekonstruksi model hubungan hujan-limpasan. Selanjutnya tahun 2003 dilakukan penelitian Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan terhadap Aliran Permukaan, Sedimen dan Produksi Air DAS (Balitklimat dan PJT II, 2003) yang bertujuan menyusun rekomendasi jenis penggunaan lahan yang proporsional berdasarkan kondisi fisik DAS dan pengembangan model sedimen.Tahun 2004 dilakukan penelitian penyusunan Decision Support System untuk Produksi Air Berkelanjutan di SWS Citarum, yang menghasilkan prototipe DSS terdiri dari sistem basis data (biofisik, hidrologi, iklim); Software model debit sesaat dan harian yang terintegrasi dengan database, serta sistem informasi hidrologi SWS Citarum.Pada tahun 2004, sistem basis data dan sistem informasi hidrologi yang dihasilkan hanya menampilkan data dan informasi tiga DAS referensi yaitu DAS Ciherang, Cilalawi dan Cikao. Pada tahun 2005, kegiatan dilanjutkan dengan memperluas cakupan lokasi penelitian, meliputi beberapa DAS dan sub DAS di SWS Citarum Hulu, serta meningkatkan kemampuan teknis staf PJT II dalam penguasaan dan pengembangan DSS Citarum melalui pelaksanaan pelatihan dan magang. Penelitian ini bertujuan untuk Updating sistem basis data hidrologi dan basis data iklim PJT II, memperluas cakupan wilayah penelitian, serta meningkatkan kemampuan staf PJT dalam aplikasi dan pengembangan DSS PJT II.Penelitian dilakukan dalam bentuk desk study, kegiatan lapangan serta magang. Desk Study difokuskan untuk memperbarui DSS Citarum yang telah dibangun pada kegiatan penelitian tahun 2004, serta memperluas cakupan aplikasinya. DSS yang dibangun terdiri dari sistem basis data dan sistem model serta sistem informasi hidrologi. Penelitian lapang terdiri dari penentuan titik koordinat posisi bendung irigasi serta verifikasi lapang tutupan lahan menggunakan GPS (Global Positioning System). Sedangkan magang dilakukan di Balitklimat, berlangsung selama 10 hari, dengan jumlah peserta sebanyak 5 orang. Materi magang meliputi teori dan praktek dengan komposisi 20% dan 80%. Magang praktek akan dilakukan di laboratorium untuk analisis data dan simulasi sedangkan praktek lapangan dilakukan untuk identifikasi kondisi biofisik DAS.Perangkat lunak Decision Support System untuk Produksi Air Berkelanjutan di SWS Citarum, hasil kerjasama penelitian Balitklimat dan PJT II terdiri dari sistem basis data (biofisik, hidrologi, iklim) terbaru; Software model debit sesaat dan harian yang terintegrasi dengan database, serta sistem informasi hidrologi SWS Citarum.Gambar dibawah menampilkan menu pembuka Sistem Informasi PJT II yang terdiri dari menu Halaman Utama, Simulasi debit Harian, Simulasi Debit sesaat, serta menu Tampilan Data Pengamatan.Halaman utama Sistem Informasi PJT II menampilkan informasi karakteristik biofisik SWS Citarum. Pada menu ini dapat ditampilkan peta dasar DAS/sub DAS berbasis Sistem Informasi Geografik (SIG), karakteristik fisiografi DAS/sub DAS, serta informasi perubahan penggunaan lahan. Peta berbasis SIG yang ditampilkan pada menu halaman utama bersifat interaktif, yang dapat menampilkan posisi stasiun pengamatan debit, hujan, iklim dan bendung; waduk; batas administratif; batas DAS/sub DAS; kontur, sungai, jalan, serta bangunan bagi sistem jaringan irigasi wilayah kerja PJT II.Informasi karakteristik fisiografi (geometri dan morfometri) mencakup luas dan keliling DAS, panjang total jaringan sungai, Indeks Gravelius (indeks yang menunjukkan bentuk DAS, 1 berarti bentuk DAS adalah bulat, 1.15 - 1.2 bentuk DAS persegi, 1.8 bentuk DAS sangat memanjang), persegi panjang ekuivalen, serta kerapatan jaringan. Informasi karakteristik fisiografi setiap DAS/sub DAS akan muncul saat pengguna memilih poligon yang merepresentasikan suatu DAS pada tampilan peta berbasis SIG di menu Halaman Utama.Menu simulasi debit harian dikembangkan berdasarkan aplikasi Model GR4J (Perrin, 2002). Untuk mensimulasi debit harian, model GR4J membutuhkan input data hujan harian dan evapotranspirasi potensial (ETP) harian, serta 4 parameter model yang dibangkitkan saat validasi.Menu yang disajikan memberikan pilihan nama DAS/sub DAS yang akan disimulasi debitnya berdasarkan data masukan nilai parameter model, serta data masukan hujan dan evapotranspirasi potensial harian dari beberapa pilihan stasiun hujan dan iklim yang tersimpan dalam sistem basis data. Nilai parameter simulasi dihitung berdasarkan prosedur kalibrasi model GR4J untuk DAS/sub DAS yang telah atau pernah memiliki stasiun pengukuran debit harian. Sedangkan untuk DAS yang tidak memiliki stasiun pengukuran debit, parameter simulasi yang digunakan mengacu pada DAS yang diasumsikan memiliki karakteristik biofisik yang hampir sama.Menu simulasi debit sesaat dikembangkan berdasarkan aplikasi Model H2U modifikasi. Model ini membutuhkan 2 jenis parameter yaitu parameter fungsi transfer dan parameter fungsi produksi. Penentuan parameter fungsi transfer ditetapkan berdasarkan analisis Peta Topografi dan Peta Jaringan Hidrografi, sedangkan penentuan parameter fungsi produksi dilakukan berdasarkan modul perhitungan yang telah tersedia dalam menu model simulasi debit sesaat.Menu tampilan data pengamatan terdiri dari dua pilihan windows yaitu informasi terkait daerah aliran sungai dan informasi terkait waduk. Informasi pada daerah aliran sungai meliputi visualisasi data debit pada outlet DAS, data curah hujan, data debit pada bendung serta data iklim. Informasi-informasi tersebut dapat ditampilkan dalam interval harian, jam-jaman maupun menitan (6 menitan). Data dapat ditampilkan baik berupa tabel maupun grafik.
Dalam keilmuan-keilmuan Geodesi-Geomatika dikenal konsep dasar mengenai Earth Tides atau disebut Pasang Surut Bumi. Pasang Surut Bumi lebih luas daripada pasang surut air laut. Itu disebabkan karena kondisi dan konstelasi posisi-posisi Bumi-Bulan-Matahari. Kutipan berikut dari Kompas 19 Mei 2007 menjelaskan hal tersebut dan akibatnya pada aktivitas manusia di pesisir/pantai, termasuk nelayan.“…Hasil pantauan Stasiun Pasang Surut Bakosurtanal di Sabang, Sibolga, Padang, Cilacap, dan Bali, kemarin, pasang surut normal mencapai 0,5 meter hingga 1 meter. Namun, berdasar pemantauan stasiun Bakosurtanal, gelombang laut tertinggi tercapai Kamis. Ini disebabkan konstelasi bumi, bulan, dan matahari dalam satu garis lurus—ini berulang 18,6 tahun sekali….”, (berita lebih lanjut).Oleh sebab itu, posisi tinggi atau ketinggian di daratan yang diketahui terhadap acuan tinggi yang disebut muka air laut rata-rata (mean sea level, MSL) sangat memerlukan besaran-besaran Earth Tides. Artinya data MSL sesaat sangat tidak tepat untuk dijadikan acuan ketinggian di daratan. (red.)
Sumber :
www.gd.itb.ac.id
Demonstrasi Decision Support SystemTanggal 5 Februari 2008,
bertempat di NAM center dan gedung baru kantor pusat BMG, Jakarta, telah dilaksanakan presentasi konsep serta demonstrasi pengoperasian prototype Decision Support System Ina-TEWS (DSS) dalam kerangka kerja sama GI-TEWS. Acara ini merupakan hari pertama dari program pelatihan System Architecture and Decision Support yang akan berlangsung dari tanggal 5 sampai dengan 8 Februari 2008. Dalam acara ini hadir wakil-wakil dari Ristek, NOAA, LIPI, Lapan, Bakosurtanal, BPPT, ITB dan Depdagri. Pada kesempatan ini Dr. Fauzi (BMG) menyampaikan presentasi mengenai Ina-TEWS, real time monitoring, pelayanan peringatan, road map DSS serta program kerja BMG dalam tahun 2008. Selanjutnya Dr. Ulrich Raape menjelaskan tentang kemajuan pengembangan, konsep operasional serta mendemonstrasikan pengoperasian prototype DSS di gedung baru BMG. Diharapkan jika DSS ini sudah dapat beroperasi secara penuh pada pertengahan tahun 2009, maka seluruh data yang dikirim oleah sensor-sensor baik seismograf, tide gauge, gps, dart buoys serta database tsunami akan terintegrasi, sehingga dapat secara cepat menghasilkan keputusan untuk memberi peringatan tsunami. Hal ini akan sangat membantu mempercepat proses pengambilan keputusan untuk mengeluarkan peringatan tsunami. Terkait dengan rencana peresmian pengoperasian Ina-TEWS pada 12 November 2008, DSS sudah dapat beroperasi walaupun belum optimal.
Sumber :
www.Pirba.ristek.go.id

Tidak ada komentar: